merawatingat


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), babak belur memiliki suatu pengertian lecet dan bengkak serta tampak biru lebam (karena kena pukulan, tinju dan sebagainya). Tetapi. apapun interprestasi tentang kata babak belur yang jelas, babak belur merupakan bentuk rasa sakit ntah akibat suatu pukulan fisik ataupun terpukul perihal lainnya. Terpukul dampak Covid-19 misalnya.

Covid-19 bukanlah hal baru. Sudah dua tahun kita hidup dalam carut-marutnya, perhari ini kondisi tatanan sosial masyarakat Indonesia juga sedang babak belur baik itu meliputi  bidang ekonomi, pendidikan, pariwisata bahkan psikososial setiap individu, hal tersebut dirasakan oleh semua masyarakat Indonesia mulai dari masyarat kelas bawah sampai masyarakat kelas atas pun merasakan dampak yang sama akibat adanya wabah Covid-19 yang menjangkit negara Indonesia. Pemerintah pun mengeluarkan kebijakan untuk memutus penyebaran Covid-19, mulai dari PSBB, PSBB transisi, PSBB ketat, Pembatasan Sosial Berskala Mikro atau Kecil (PSBM/PSBK), Pembatasan Sosial Kampung Siaga (PSKS), PPKM Darurat, hingga kini PPKM Level 4. Tujuh nama berbeda untuk kebijakan yang serupa. Namun apa hasilnya ?. Dikutip dari Tempo.co bahwa hasil dari kebijakan tersebut jauh dari kata menggembirakan, kita buka data pada 20 Juli 2021, tanggal di mana PPKM darurat berakhir, angka kematian adalah 1280 orang. Kemarin, sehari sebelum PPKM Level 4 kembali diperpanjang, pada 1 Agustus 2021 jumlah kematian adalah 1604 orang. Untuk beberapa lama di antara tanggal tanggal itu, jumlah kematian dalam satu hari pernah mencapai 2000-an orang. Yang menjadi pertanyaan disini, apakah usaha kebijakan yang sama dengan nama yang berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda?.

Disatu sisi, dampak kebijakan pemerintah membuat masyarakat semakin tidak karuan. Penghasilan masyarakat menurun, dan angka pengangguran ikut meningkat. Survei Angkatan Kerja Nasional angkatan tahun 2020 mengatakan Covid-19 berimbas pada sektor ketenaga kerjaan sebesar 29,12 juta orang (14,28 persen dari 203,97 juta orang penduduk usia kerja). Sedang daya beli masyarakat yang menurun akibat pembatasan sosial yang menyebabkan penghasilan berkurang dan jika semua kebijakan tidak juga menentukan kepastian bukan tidak mungkin kita akan hidup dibawah garis kemiskinan yang akan membuat masyarakat menjadi babak belur total (sangat menyakitkan). Apapun kebijakannya kita harus tetap optimis, namun juga perlu kelogisan dalam melihat permasalahan ini, belajar pada negara Inggris dan beberapa negara eropa lainnya lakukan Lockdown dan percepat vaksinasi, namun kebutuhan masyarakat harus benar-benar terpenuhi, daripada kebijakan yang berlarut-larut tapi tidak kunjung menemui kejelasan dan kepastian.


Tentang Penulis: 

Penulis bernama lengkap Vania Callista Artanti. Seorang pelajar program studi MIPA di SMA Negeri 1 Prajekan, Kabupaten Bondowoso. 



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama