Tulisan ini sangat menyentuh dan penuh refleksi mendalam. Gaya bahasanya hangat, personal, dan sarat makna—cocok untuk genre parental diary atau reflektif edukatif.
Diary Al Kindi — Albert Einstein
Tidak terasa, Al Kindi sudah tumbuh menjadi anak-anak dan sebentar lagi akan masuk sekolah. Sejak pertama kali lahir dari rahim ibunya, sudah lima tahun ia menghirup udara bumi—bumi yang penuh dengan ambisi manusia. Sebelumnya, ia hanya tertidur di dalam rahim ibunya, menikmati surga kecil yang tenang, hingga akhirnya karena ketetapan-Nya, ia hadir di dunia ini untuk merasakan satu-satunya hal paling masuk akal di bumi: kasih sayang dari ayah dan ibunya dalam kehangatan keluarga.
Ayahmu adalah seorang guru. Ibumu, perempuan yang memberikan seratus persen tenaga dan pikirannya untuk keluarga. Kami bukan dari kalangan bangsawan, hanya rakyat biasa. Tapi Al Kindi dirawat dengan sepenuh cinta. Meskipun tidak selalu dibesarkan dengan daging dan susu, nutrisi untuk jiwamu, hatimu, dan akalmu, selalu kami siapkan sebaik mungkin.
Al Kindi kecil memiliki mata bolak, hidung mancung seperti ayahnya, rambut lurus, kulit kuning langsat yang bersih, dan senyum manis seperti ibunya. Sejak dalam kandungan, kamu sudah akrab dengan suara kami. Ayah sering membacakan dongeng, atau mengajakmu mengobrol seakan kamu mengerti. Dan mungkin kamu memang mengerti, dengan caramu sendiri.
Nak, kelak ayah tidak akan memarahimu hanya karena nilai matematika atau fisika yang buruk, selama kamu sudah berusaha. Orang jenius di abad ke-17 pernah mengatakan sesuatu yang selalu ayah ingat:
“Semua orang itu jenius. Tetapi jika kamu menilai seekor ikan dari kemampuannya memanjat pohon, maka ia akan hidup seumur hidupnya dengan percaya bahwa dirinya bodoh.”
Begitulah kata Albert Einstein.
Ayah percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan keunikannya masing-masing. Maka, tidak mungkin ayah menyebutmu bodoh hanya karena nilai ujianmu rendah. Dunia ini sering terjangkit logika terbalik—seolah-olah setiap anak harus menaklukkan dua belas disiplin ilmu sekaligus di sekolah. Padahal, kamu tidak bisa menangkap dua belas ekor kelinci dalam satu waktu sekaligus.
Posting Komentar