![]() |
Sumber Gambar: Inart Bogspot |
Semua manusia pasti mengalami fase
menjadi seorang pemuda, ntah akan menuju atau bahkan telah
melawati masa mudanya (nostalgia muda). Dan sapatutnya bersyukur kalian yang
saat ini berada difase-fase menjadi pemuda (muda yang berbahaya). Bahaya yang
dimaksud, dimana seorang yang muda berani mengambil segala resiko sekalipun
cenderung terburu-buru mengambil suatu keputusan baik dalam hal bertindak
maupun pikiran dari buah idealismenya (bang rhoma, maklum darah muda). Jika
kita berbicara dunia para pemuda tentu tidak akan pernah ada habisnya, sebab
dinamika pemudalah yang saya rasa begitu kompleks. Pemuda pada masa pra
Kemerdekaan misalnya, tentu memiliki peran besar bahkan penentu bangsa
Indonesia untuk menuju kemerdekaan negara ini.
Pembaca pasti banyak tau
tentang peristiwa Rengasdengklok yang terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945.
dimana pada peristiwa tersebut, para pemuda saking bucinnya (bukan budak cinta
lohh tapi cinta beneran) pada negara kesatuan sehingga begitu antusias untuk
memerdekan Indonesia dengan memilih jalan menculik Presiden Ir. Soekarno dan
Moh. Hatta (jangan sampai kalian menculik
bapak Jokowi setelah membaca ini karena beda jaman ...).
Tepat jam 04.00 pagi para pemuda menculik tokoh paling berpengaruh untuk
menentukan proklamasi kemerdekaan, dengan mendesak golongan tua bahwa
Indonesia harus segera memproklamasikan kemerdekaannya (secepatnya) dan para
pemuda menolak jika kemerdekaan bangsa Indonesia didapat dari hasil
pemberian/hadiah penjajah (pemuda maunya kita menang dramatis, bukan
hasil ngemis kemerdekaan dari bangsa jepang) . Aksi tersebut dikomandoi oleh
tiga pemuda pemberani yakni Sukarni, Wikana, dan Chairul Saleh hingga
terjadi perundingan antara golongan tua dan muda (perundingan panjang) .
Akhirnya Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dan menyetujui desakan para
pemuda dengan dibacakannya teks Proklamasi kemerdekaan di rumah Ir.
Soekarno di Pegangsaan Timur pada tanggal 17 Agustus 1945. Dari peristiwa
tersebut jangan sampai tidak kita tidak mampu memaknai. bahwa pemuda memiliki
semangat juang yang sangat tinggi dan keberaniannya yang sangat gigih terhadap
apa yang dia perjuangkan termasuk pada negara yang dicintai (seharusnya pemuda hari ini).
Namun Apa sih yang dimaksud
Pemuda? Apa pemuda itu identik dengan Remaja, atau identik dengan kata
semangat (sampai-sampai tan menulis buku semangat muda). Atau harus seperti
masa muda-mudanya Sukarni, Wikana dan Chairul salah? Tentu dinamika
dan tantangan zaman sudah berbeda, tidak mungkin pemuda hari ini menculik
Ir. joko Widodo dan wakilnya agar terlihat seperti pemuda yang dimaksud
Ir. Soekarno.
" Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia."
Secara umum definisi
daripada pemuda itu setidaknya memiliki dua definisi yang menyangkut batasan
usia pemuda, sifat ataupun karakteristik pemuda, dan tujuan dari aktivitas
kepemudaan. WHO menyebut sebagai ”young people” dengan batas usia 10-24 tahun,
sedangkan usia 10-19 tahun disebut ”adolescence” atau remaja. International
Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia
15-24 tahun sebagai kelompok pemuda. Definisi yang selanjutnya, pemuda adalah
individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun
belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. Pemuda menghadapi masa perubahan
sosial maupun kultural. Menurut draft RUU Kepemudaan, Pemuda
adalah mereka yang berusia antara 18 hingga 35 tahun. Menilik dari sisi usia
maka pemuda merupakan masa perkembangan secara biologis dan psikologis. Oleh
karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi yang berbeda dengan aspirasi
masyarakat secara umumnya. (kalau dalam buku-buku bacaan tan malaka,
semangat muda adalah semangat pembaharu).
Penulis tidak akan
menceritakan kembali runtutan peristiwa-peristiwa penting yang telah terjadi
selama perjalanan bangsa ini yang dimotori oleh kelompok pemuda, termasuk
peristiwa sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1908 yang ikut memperjuangkan
kemerdekaan bangsa ini (karena saya rasa pembaca lebih memahami daripada
penulis) . Hanya sedikit yang penulis ulas tentang bagaimana keberanian pemuda
(sebagai contoh saja) pada paragraf dimuka yang menceritakan secara
singkat tentang keberanian Sukarni, Wikana dan Chairul Saleh. Yang
setidaknya menjadi refkeksi bagi kita sebagai pemuda sebagai generasi penerus
jangan sampai gampang ciut (seperti ayam makan garam) apalagi cuma
masalah remeh temeh (putus cinta gantung diri, ini bukan jiwa pemuda) silahkan
Bucin pada lawan jenis yang disukai tetapi ingat jangan lupa tugas pokok dan
fungsi sebagai pemuda bangsa yang besar dan merdeka karena peran
pemudanya.
Dalam judul tulisan ini
pemuda saya kaitkan dengan kata Anjay yang perhari ini lagi trend sebagai kosa
kata gaul dikalangan millenial, bahkan anjay pun tidak bisa diterjemahkan
dalam KBBI namun ada beberapa artikel bahwa Anjay adalah kata yang dibengkokkan
dari kata "Anjing" namun saya rasa itu juga belum begitu bisa
dikatakan benar, karena anjay menjadi kata yang tidak memiliki pegukuhan
makna (atau kata mati) sehingga sangat rentan sekali untuk ditafsirkan
subjektif. Dikalangan millenial, anjay seperti kata yang sangat akrab dan penuh
emosional dikalangan darah muda sebagai suatu keasyikan dalam berteman dan bergaul.
Penulis pernah mendengar dan mengamati anak-anak muda diantaranya ketika si
Pemuda jago berpuisi (anjay puisinya), si muda pakai baju branded (anjay
bajunya), si doi dapat juara bla bla (anjay banget). Anjay seakan-akan seperti
"Wah/keren/bagus". Mungkin pemuda hari ini khususnya para millenial
sudah bosan memakai kata-kata yang baku (tapi ingat, ada tempatnya
penggunaan kata itu, dan tidak berlaku disemua orang dan semua tempat
apalagi kosa kata dipakai untuk menjawab soal ujian…)
Pemuda dan Mahasiswa tetaplah Anjay
Menjadi pemuda itu bukan
hanya anjay di baju dan penampilannya saja, namun penting juga sikap kritis dan
selalu subur dalam berkarya atau dalam hal lain jadi pemuda jangan sampai
mati kreativitas dan tetap bermental yang mampu menyurakan kebenaran dan tidak
bertindak atas dasar pembeneran. hal tersebut menjadi hal terpenting dalam
menentukan kemana arah kemajuan bangsa Indonesia kedepannya. Tahun ini bangsa
Indonesia dihadapkan dengan kejadian-kejadian aksi dikalangan kaum muda,
baik kelompok pemuda ataupun mahasiswa, mereka serentak menentukan
sikap dengan mengkritisi kebijakan-kebijakan yang dianggap tidak memihak rakyat
kecil, secara tupoksi tentu sudah sangatlah tepat karena salah satu tugas
Pemuda dan Mahasiswa adalah Agent of Social Control atau dengan kata lain
mereka mempunyai tanggung jawabmenyuarakan/menyampaikan kebenaran, beberapa
buku tentang pemuda pasti akan bersepakat bahwa Pemuda dan mahasiswa itu
adalah penentu keputusan karena kemampuan berpikir pemuda dan mahasiswa yang
sangat segar dan cemerlang. Tentunya juga semangat pemuda yang begitu
tinggi (kita bisa refleksi kejadian tahun 1998 ketika pak harto lengser).
Pemuda dan Mahasiswa dituntut mampu untuk mengontrol keadaan negara bukan untuk
sekedar mengkritik, tetapi juga memberikan kontribusi yang riil untuk perubahan
yang lebih baik (agent of social control). Sebagai kaum intelektual khususnya
pemuda yang mahasiswa harus bersikap berani dan kritis, berani untuk mendobrak
zaman ke arah kemajuan dan kritis terhadap kebijakan para pemegang roda
pemerintahan.
Perhari ini bangsa Indonesia juga
sedang dihadapkan pada masalah demoralisasi. Benar yang dikatakan
Presiden RI bapak Ir. Joko Widodo bahwa mental kita perlu direvolusi
(mental moral), namun muncul pertanyaan dibalik jargon seruan revolusi, yang
mau di revolusi yang sebelah mana dulu, Rakyat or Pemerintah? Disinilah
tugas serta tantangan pemuda dan mahasiswa sebagai agent of Change sebagai
penyeru perubahan mendapat tantangan ke-Anjay-annya untuk kearah yang lebih
baik dan lebih pada memberikan suatu contoh yang baik atas sikap yang
seharusnya dilakukan sesuai moral yang menjad nilai-nilai kebaikan bersama.
Penulis jadi ingat filsuf ternama bernama Socra (sapaan akrab penulis
pada socrates) bahwa hal yang tidak baik (berupa apapun) tidak akan
pernah bisa kita berangus kecuali dengan kembali pada diri sendiri yang
mencontohkan dark kebaikan tersebut maka dengan demikka hal tidak baik akan
hilang dengan sendirinya jika semua orang mampu memperbaiki dirinya sendiri
(berkaca diri untuk mengenal diri). Tentunya dalam membenahi demoralisasi akan
selalu bersinergi dengan tupoksi mahasiswa dan pemuda seperti yang pernah
penulis temukan dalam tulisan jurnal (revolusi pendidikan) yang menjadi salah
satu tugas penting pemuda dan mahasiswa yakni moral force atau kekuatan moral
karena sangat besar pengaruhnya terhadap peradaban bangsa. Lalu mengapa harus
moral force? Mahasiswa dan pemuda dalam kehidupannya dituntut untuk dapat
memberikan contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat.
Hal ini menjadi beralasan karena
mahasiswa dan pemuda adalah bagian dari masyarakat sebagai orang yang memiliki
beragam ilmu pengetahuan, dimata masyarakat umum bahwa pemuda dan mahasiswa
adalah orang yang anjay dengan idealisme dan kecerdasannya. Namun, sebaliknya
dari anjay menjadi sikap yang anj**g bila peran pemuda dan mahasiswa yang satu
ini telah banyak ditinggalkan dan banyak mahasiswa yang berorientasi pada
kehidupan hedonisme (bodo amat penting saya senang).
Pemerintah beberapa bulan
lalu memberikan suatu aturan UU terhadap kata Anjay, penggunaan kata
Anjay untuk seseorang akan berindikasi pidana dan dibui, namun kalangan pemuda
dan mahasiswa dengan keanjayannya justru memberikan feed yang bagus bahwa
pemerintah jangan terpokus pada masalah yang tidak terlalu urgensi atau tidak
bersubtansi dengan mengabaikan dan meninggalkan masalah-masalah yang besar yang
terbengkalai dan bahkan sampai hari ini pemuda dan mahasiswa sangatlah antusias
mengawal proses demokrasi.
Jika boleh berpendapat
bahwa tindakan pemuda dan mahasiswa ntah benar atau salah, namun berani
menyampaikan suatu sikap kritis yang penulis rasa anjay banget bahwa betapa
tidak relanya kaum pemuda dan mahasiswa jika rakyat tidak dilindungi dan
disejahterahkan oleh jalannya demokrasi yang berlangsung. Hal ini juga bagian
dari nilai-nilai refleksi semangat muda pada masa-masa Sukarni, Wikana dan
Chairul Saleh. serta bagian dinamika disetiap generasinya dalam dunia kepemudaan.
Dengan semangat berpikir dan bertindak mampu menjadikan suatu power dalam diri
bangsa Indonesia bahwa negara ini besar pengaruhnya yang terdapat pada kalangan
para kaum muda.
إرسال تعليق