![]() |
Sumber Gambar: Reservasi Travel |
“kawasan wisata yang baik dan berhasil bila secara optimal didasarkan pada ke empat aspek: mempertahankan keasrian lingkungannya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dikawasan tersebut, menjamin kepuasaan pengunjung” - Inskeep & Gunn (1994).
Bondowoso
terletak di wilayah Jawa Timur, secara geografis kabupaten Bondowoso tidak memiliki
pantai dan bukan jalur lintas Provinsi, membuat kabupaten ini sangat sulit untuk
berkembang. Akan tetapi meskipun tidak memiliki pantai dan bukan lintas
provinsi kabupaten Bondowoso memiliki tanah yang amat subur dan tergolong
daerah yang masih asri dengan bukti bahwa kabupaten yang identik dengan jajanan
Tape, mendapatkan penghargaan berupa piala kalpataru, ini merupakan suatu
prestasi yang harus dipertahankan dan ditingkatkan untuk Bondowoso yang lebih
baik.
Selain tanah subur yang dapat dikelolah
oleh petani sebagai terpenuhnya swasembada pangan masyarakat, bondowoso juga
ditopang oleh panorama alam yang sangat indah sebagai anugrah yang diberikan
Tuhan. Ini langkah bagus untuk mengembangkan dan membangun Bondowoso melalui
daya tarik wisatanya baik wisata alam Gunung Ijen dan wisata buatan seperti
bendungan sungai sampean baru. baru-baru ini Bondowoso dihebohkan oleh penemuan
wisata baru yaitu 6 situs wisata batu pra-sejarah diataranya: (1) situs
pekauman “patung dewi durga”, (2) situs beto labeng (3) situs goa arak-arak,
(4) situs goa bhuta “peninggalan hindu di Bondowoso”, (5) situs Stonehange
seperti di Inggis, dan (6) situs goa Bhuta si Gember (bhuto kembar). Jika
dioptimalkan secara serius oleh pemerintah kabupaten Bondowoso dengan turjun
langsung dan terlibat dalam pemasaran dan pembinaan masyarakat untuk mengelola,
wisata-wisata pra-sejarah tersebut bisa dijadikan wisata berbasis pendidikan
dan penelitian. Tidak hanya itu saja bondowoso banyak memiliki wisata-wisata aduhai tetapi kurang tenar di masyarakat
umum, Seperti Air terjun Blawan (sempol blawan), Air terjun Polo agung
(sukerejo-sumber bringin), air terjun tancak kembar (desa Andongsari), Bosamba
rafting (Wonosari), perkebunan kopi arabika
(kalisat-jampit), dan Wisata Gunung Ijen.
Fokus pada Gunung Ijen sudah tidak asing
lagi bagi pelancong local maupun asing, akan tetapi sekalipun terkenal mereka
lebih mengenal Ijen Banyuwangi daripada Ijen Bondowoso, tentu dengan dasar
bahwa akses jalan tempuh menuju Ijen lebih mudah lewat Banyuwangi daripada
lewat Bondowoso. Ditambah kegigihan Pemerintah Banyuwangi dalam mempromosikan
Gunung Ijen melalui Parade festival Banyuwangi
setiap tahunnya. Perlu sadari bersama bahwa saat ini Bondowoso masih
lemah dalam mempromosikan wisata-wisata yang ada di daerahnya. Ditambah
infrastrktur dan suprastruktur yang kurang memberikan kenyamanan dalam
berwisata seperti akses jalan yang rusak sehingga menimbulkan pelancong enggan
melewatinya. Sebagai usaha untuk mengembangkan daerah melaui wisata tentu kita
bisa belajar dari konsep pengelolaan wisata di Bali. Di bali tempat-tempat
wisata dikelolah oleh masyarakat setempat
(masyarakat adat setempat) pantai pandawa dan pantai kuta misalnya,
pengelolaannya langsung oleh desa adat, karena kalau diserahkan ke desa adat
lokasi wisata akan cepat berkembang dan maju. Sebab desa adat memiliki sanksi
mengikat yang juga berperan sebagai regulasi langsung dalam aktivitas setempat,
sehingga pengembangan dan pengaturan destinasi wisata di Bali lebih mudah
dilakukan. Walapun diserahkan ke desa adat bukan berarti pemerintah tidak
memiliki peran dalam pengelolaan wisata. Pemerintah justru berkewajiban menjadi
fasilitator dan membina masyarakat untuk melakukan pelayanan wisata yang baik.
hal-hal tersebut bisa kita jadikan teladan
untuk pengelolaan wisata di kabupaten Bondowoso agar menunjang
perkembangan masyarakat dalam membantu kesejahteraan melalui mata pencaharian
di sektor pariwisata.
إرسال تعليق